Kamis, 27 Maret 2008

Memaknai Valentineday

Cinta, Mutiara yang Ternodai

Oleh: Fritz Fios

Cinta, sebuah kata yang suci, keramat serentak mengkristalkan banyak pesonanya dalam hidup. Kesucian kata cinta terletak pada bobot nilai teologis yang disandangnya. Persisnya, cinta sesungguhnya anugerah Allah semata. Sejak awal kisah penciptaan, cinta telah menjadi suatu amanah Allah untuk dihayati setiap insan pengembara di planet bumi ini. Kisah cinta Adam dan Hawa di taman Eden sepanjang sejarah manusia telah menjadi kisah cinta perdana penuh pesona yang direstui Allah, Khalik semesta. Dengan cinta, Allah telah menciptakan manusia dan kosmos.Dan ternyata semuanya baik dan indah adanya. Dengan cinta yang sama Allah menaungi ziarah dan eksistensi kosmos dalam gerakan pulang kembali ke asal: Allah sendiri.
Cinta, dalam sisinya yang lain, mengandung kadar kekeramatan yang layak disegani. Kekeramatan cinta tampak dalam nuansa kedalaman yang dihayati orang-orang yang sedang, pernah atau bakal mencintai seseorang yang dijumpainya secara kebetulan dalam pengalaman pertemuan antarmanusia. Kekeramatan cinta itulah yang membuat orang tak mudah mengucapkan kata cinta. Sebab sekali kata cinta terucap di bibir, saat itu juga kata yang sama menuntut suatu pertanggungjawaban dan pembuktian nyata. Lantas ketika cinta itu hanya sebatas bibir tanpa pernah terealisasi dalam ranah praksis, cinta tampil mengukuhkan diri sebagai kekuatan keramat yang merusakkan suatu ikatan relasional antarmanusia. Jika saya mengatakan saya mencintai engkau saat ini, saat ini juga saya sedang membuat janji, suatu janji untuk mencintai engkau tanpa batas waktu. Dan janji cinta itu memang seharusnya diungkapkan dari suatu kedalaman batin yang kukuh. Tetapi ucapan aku cinta kamu itu serentak menantang saya untuk tetap mencintai kamu selanjutnya apapun risiko dan konsekuensi yang harus kutanggung. Sekali mengungkapkan cinta kepada kamu, saya ditodong untuk commit mencintai engkau selamanya. Nilai cinta yang abadi ini pula yang menambah bobot keramat pada kata cinta. Mampukah manusia menghayatinya? Kekeramatan cinta juga tampak dalam suatu konsekuensi ketika cinta itu gagal dihayati dalam hidup. Cinta akan berubah menjadi benci. Kebencian adalah lawan dari cinta. Karena itu hati-hatilah dalam mengungkapkan kata cinta. Obral cinta secara sembarangan tanpa ketinggian komitmen untuk melanggengkannya dalam hidup hanya akan mendatangkan petaka bagi para pengobral cinta. Mengungkapkan kata cinta tanpa kemampuan membuktikan cinta hanya akan menikung pada lelucon yang layak ditertawakan.
Sebagai suatu nilai, cinta berkarakter abadi. Keabadian cinta tampak dalam harmoni, kebaikan, kebahagiaan yang menanti di ujung suatu kata cinta yang terucap dan dihayati secara konsisten. Cinta itu misterius, suatu kekuatan yang seringkali tak mampu didefinisikan secara memuaskan nalar dan nurani. Dan ketika manusia coba mendefinisikannya, cinta didefinisikan secara tak sempurna. Atau bahkan cinta itu hanya ditangkap sepotong maknanya saja sesuai situasi batin dan prasangka nalar para penghayatnya. Maka ketika definisi cinta ditanyakan kepada setiap orang yang mencinta, jawaban berbeda akan bermunculan. Dan keberbedaan definisi ini pula yang akhirnya menambah pesona kata cinta itu.
Keterpesonaan cinta bukan pertama-tama terletak pada kata cinta itu sendiri. Tetapi keterpesonaan cinta itu tampak dalam diri orang-orang yang menghayatinya dalam ranah praksis. Maka cinta bukanlah suatu definisi abstraksional. Cinta adalah aktus, perbuatan, penghayatan, implementasi, kekonkritan. Kedalaman kadar cinta itu tergantung dari para penghayatnya. Pun kesuksesan cinta bukan pada seberapa banyak definisi yang ditelurkan budi atau seberapa laksa kata yang dituturkan bibir. Indikasi kedalaman dan kesuksesan cinta terletak pada aku cinta kamu dalam perbuatan dan bukan aku cinta kamu dalam kata-kata bualan kosong melompong penuh obralan palsu memuakkan.
Pesona cinta dalam nuansanya yang paling dalam terletak pada positivisme kata cinta itu sendri. Cinta sesungguhnya suatu kekuatan irasional yang dirasakan di horison hati setiap pecinta. Kekuatan irasional ini bekerja secara spektakuler dalam dinamika sejarah dunia dan manusia untuk melanggengkan kehidupan. Cinta bersifat memelihara, menyatukan, membahagiakan, menghidupkan, menciptakan harmoni, memunculkan kedamaian, membuka fajar optimisme. Ketiadaan cinta dalam hidup memunculkan kehancuran dan penghancuran atas kehidupan itu sendiri. Dan kehidupan adalah durasi waktu yang dihayati setiap peziarah hidup, siapa saja yang menyandang predikat pecinta dalam hidup.
Ketika roh cinta raib dalam kehidupan, pembinasaan satu sama lain muncul sebagai kekuatan yang ditakuti. Ketika cinta tak sempat dilanggengkan dalam hidup, institusi perkawinan menjadi berantakan atau dua sahabat karib tiba-tiba saja saling bermusuhan dan memusuhi satu sama lain tanpa ikhtiar penyatuan kembali. Ketika cinta salah dihayati atau ditafsir salah oleh para pencinta, cinta sudah tererosi pada aktus seksualitas murahan ala prostitusi dan pemerkosaan terhadap perempuan atau bocah ingusan belum cukup umur. Cinta ternodai kesejatiannya karena melorot menjadi hawa nafsu belaka murahan.
Kaum muda yang sedang dimabuk asmara adalah golongan yang paling sering melakukan skandal dan penghianatan paling tragis atas cinta atas nama cinta. Pembuktian tesis ini mendapatkan realisasinya ketika retorika aku cinta kamu digombalkan sang lelaki kepada wanita kekasihnya untuk mendapatkan kenikmatan tubuh indahnya. Dan skandal cinta itu pun semakin parah dilakukan ketika sang wanita mengimani rayuan gombal aku cinta kamu sang pacar sebagai sesuatu yang harus ditanggapi dengan aktus ilegal di luar institusi perkawinan. Di sinilah cinta sejati gagal dihayati secara konsisten oleh kedua insan yang berkasih-kasihan itu.
Cinta sejati seharusnya tercermin pada sikap respek dan hormat di antara orang- orang yang saling mencinta. Setiap relasi cinta yang dihayati dalam hidup mestinya bermuara pada kebaikan dan kebahagiaan para penghayat cinta. Kesejatian cinta adalah keadilan cinta. Keadilan cinta adalah ikhtiar untuk saling memberikan kasih tanpa pamrih, tanpa pertimbangan picik, tanpa sikap oportunis di antara orang-orang yang mencinta. Keadilan cinta menuntut orang untuk menghayati model cinta yang benar, cinta yang lurus, cinta yang positif, cinta yang konstruktif, cinta tanpa kepura-puraan. Malahan keadilan cinta menuntut orang untuk berkorban habis-habisan demi kebahagiaan orang yang dicintai semata. Kesejatian cinta itu adalah korban sehabis-habisnya untuk kebaikan orang yang dicinta. Dan korban cinta mengandaikan suatu ikhtiar yang praktis, bukan yang abstrak. Bukan juga idealisme kosong tetapi suatu yang riil terasa dalam nurani. Cinta sejati itu korban untuk dia yang lain, dia yang dicintai, dia yang dikasihi hingga selamanya. Korban termasuk di dalamnya keberanian memangkas egoisme dalam diri yang selalu menjadikan orang lain sebagai obyek eksploitasi. Karena itu cinta sejati memang bukan barang murahan ibarat barang obral di pasar. Cinta sejati itu mahal, dia mutiara yang mengorbitkan keharmonisan dalam hidup. Kehilangan dan keternodaan cinta dalam hidup menciptakan disharmoni. Orang-orang akan terus saling membunuh, perceraian dan selingkuh jalan terus, pemerkosaan makin menjadi-jadi, barisan pasangan hamil di luar nikah semakin panjang. Dan cinta menjadi teracuni. Ketika cinta teracuni, manusia menciptakan neraka dalam hidup ibarat menyiapkan lubang maut untuk dirinya sendiri sebelum Allah Pemberi Cinta memisahkan roh dari raga. Jadilah pencinta sejati dalam hidup. Selamat ber-Valentine Day 2005.

Penulis, pemerhati masalah kaum muda









Tidak ada komentar: